Guru yang gelisah dalam Antologi Buku “Tiga Titik Temu Nuansa Hati Guru” mengirim pesan utama bahwa dalam situasi sulit, seorang pendidik harus tetap tegar dan kuat seperti batu karang. Tujuannya agar nyala api pendidikan tak padam.
Judul: Tiga Titik Temu Nuansa Hati Guru
Penulis: Heronimus Bani, Bonefasius Zanda, Greffer E.D Pollo, M.Pd
Penerbit: Kamila Press
Tahun terbit: 2021
Jumlah halaman: 100 halaman
ISBN: 978-623-6874-4-0
Pandemi COVID – 19 telah meluluhlantahkan semua aspek kehidupan. Tak terkecuali aspek pendidikan. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang sebelumnya sudah akrab dengan tatap muka, seketika berubah menjadi KBM dalam jaringan (Daring).
Bagi saya, KBM Daring adalah sesuatu yang baru dan belum terakrabi. Walau demikian, para guru dan peserta didik wajib mengakrabinya. Segala duka, tantangan, hambatan, keluhan, stres, dan pengalaman buruk lainnya dalam KBM Daring harus mampu diubah menjadi sesuatu yang disukai, disenangi, dan dicintai.
Buku Antologi “Tiga Titik Temu Nuansa Hati Guru” mengirim pesan utama bahwa dalam situasi sulit, seorang pendidik harus tetap tegar dan kuat seperti batu karang. Tujuannya agar nyala api pendidikan tak padam.
Selain itu, ketegaran guru adalah obat mujarab bagi peserta didik agar mereka juga tetap semangat dan optimis dalam mengikuti pembelajaran Daring. Sebab, dalam situasi sulit seperti saat ini, keteladanan semangat, daya juang, dan motivasi seorang guru akan lebih kuat ketimbang materi-materi ajar itu sendiri.
Pesan penting lain buku ini adalah kesulitan dan tantangan bukanlah alasan bagi guru untuk berhenti berjuang, berkreativitas, berinovasi, dan menghasilkan karya. Buku ini dilahirkan dalam situasi yang sulit dengan segala suka dan dukanya. Suka duka pengalaman guru selama pembelajaran Daring dihimpun dalam 15 artikel buku ini oleh tiga orang guru yang hanya berjumpa lewat dunia maya. Di sana tertulis pula tips-tips perjuangan yang sudah dilakukan tiga guru itu secara konkret dalam menyukseskan pembelajaran Daring itu sendiri.
Baca Juga Eric Wolf tentang Kebudayaan dan Kapitalisme
Penting ditegaskan bahwa isi buku ini merupakan nuansa hati tiga guru yang merindukan hari-hari belajar yang normal sekalipun dibungkus Pandemi COVID-19. Mengapa?
Sebab, masa depan anak bangsa yang berada di sekolah pada hari-hari ini sangat tidak menguntungkan. Di satu sisi, guru di perkotaan memiliki masalahnya sendiri menyangkut kapabilitas diri sendiri dalam penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh. Di lain sisi, rata-rata guru di pedesaan belum dapat mengakses teknologi dan sulit mengimplementasikannya di lapangan.
Atas dasar semangat yang sama, tiga guru berkomunikasi via WhatsApp di tempat yang berjauhan. Seorang di pedalaman Amarasi Selatan, Pulau Timor, lainnya di Kota Bajawa, Pulau Flores, dan terakhir di Ibukota Provinsi NTT, Kota Kupang.
Tiga guru tersebut mengungkapkan rasa dan gagasan tentang dunia pendidikan yang sedang dibungkus kecemasan Pandemi COVID-19. Mereka yakin, buku atau karya penulis mana pun menyingkapkan isi hati dan pikiran penulis bersangkutan.
Penerbitan buku ini juga merupakan pertanda bahwa guru harus tetap gelisah. Gelisah untuk tinggalkan zona nyaman. Gelisah untuk tetap jadi penerang di kala kegelapan menghantui dunia pendidikan.
Buku ini menyeruakkan harapan. Namun, harapan akan menjadi kenyataan jika sesama yang lain terlibat. Sebagai makluk sosial, manusia tak bisa berbuat apa-apa tanpa keterlibatan orang lain.
Oleh karena itu, jika pembaca berkenan menyatu hati bersama kami bertiga dalam nuansa hati guru, silahkan pesan buku ini melalui nomor WA 082144517740.
Salam dari kami bertiga,
Roni, Boy, dan Ged